Kamis, 10 Januari 2008

Bisa Berdiri Sambil Baris

Salah satu keunikan karya budaya bangsa Indonesia , yaitu keris , adalah keseimbangannya untuk berdiri seperti dalam foto ini, dan bersanding dengan komputer , teknologi masa kini , pun tak masalah. Keseimbangan itu bukan saja kalau keris diposisian berdiri pada ujung bilahnya namun juga bisa berdiri pada pegangannya / gagangnya. Anda sebagai anak bangsa, tertarikkah dengan keunikan dari karya anak anak bangsa kita? Seharusnya kita semua tertarik, wong negara tetangga saja tertarik, lha wong PBB / UNESCO saja kasih pernyataan resmi bahwa keris itu adalah budaya bangsa kita , koq sampeyan sampeyan nggak peduli, jangan dong, ayo kita lestarikan budaya bangsa kita, jangan koar koar kalau ada yang mengklaim bahwa keris itu milik si " Maling " lah kalau kalian pada cuek ama karya kita sendiri. Ayo cintai Bangsa ini dengan menghargai karya karya anak bangsanya.
Posted by Picasa

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Baris-berbaris, Siaaappp Grakkkk!!!

Kita lihat, maha karya anak bangsa ini.. Keris aja bisa berbaris disiplin seperti di gambar, hansen sangat salut melihat karya seni asli Indonesia yang luar biasa itu, sudah waktunya kita menghargai dan melestarikan selalu hasil karya keris kita agar tidak dipatenkan oleh negara lain.

Baris-berbaris bisa membuat kita lebih disiplin. Jika tidak mampu bertindak tepat dan bekerja disiplin, maka kita akan terlindas oleh waktu. Kedisiplinan menjadi penting dan menjadi kunci kesuksesan.

Disiplin bukan berarti bisa baris rapi...tapi mampu untuk membentuk dan menjaga barisan agar tetap rapi.

Dalam sejarah ahli strategi perang Sun Tzu diceritakan sebuah episode di mana sang jenderal perang ini ingin membuktikan keefektifan sebuah kepemimpinan dikaitkan dengan kedisiplinan dan ketegasan.

un Tzu mengajarkan rasa disiplin dengan melatih mereka cara baris berbaris. Namun perintah Sun Tzu diabaikan oleh seluruh orang yang dilatihnya.

Demi menegakkan wibawa dan kepemimpinannya, Sun Tzu mengambil langkah yang sangat tegas. Ia memerintahkan supaya dua gundik istana itu dihukum penggal kepala di hadapan orang yang mengabaikan perintahnya.

Sun Tzu menjalankan ketegasan itu demi tegaknya wibawa dan efektifitas kepemimpinan seorang Panglima Perang. Ia buktikan, disiplin harus diteggakkan sekalipun harus bertentangan dengan kehendak Raja.


Hukum tidak akan jalan tanpa kedisiplinan. Jika hukum tidak jalan, maka wewenang dan kekuasaan juga macet. Kekuasaan yang macet membuat siapa pun yang berkuasa tidak memiliki wibawa, tidak bisa menjalankan fungsinya, dan akhirnya ditinggalkan oleh pengikutnya. Inilah kehancuran sebuah kepemimpinan.

Masalah penegakan hukum dan kedisiplinan ini sangat vital peranannya. Tidak saja di militer, tetapi juga di seluruh bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedisiplinan adalah jantung kehidupan sebuah bangsa. Bangsa yang tidak memiliki kedisiplinan akan hancur. Sebab tanpa kedisiplinan, hukum tidak bisa ditegakkan. Bagaimana masalah kedisiplinan ini mempengaruhi runtuh atau tegaknya sebuah bangsa, kita akan bahas pada kesempatan berikutnya.